20110110

Perempuan Tak Bersayap

Bagian 2....

Banyaknya memikirkan hal-hal yang sudah memenuhui kepalanya, kini ia mendengarkan alunan lagu dan syair yang sering menemani tiap ia menemui kekosongan dalam meratapi perjalanannya, ia merasa butuh waktu sesaat untuk beristirahat menikmati dunia khayalannya, tapi tersentak dengan sendirinya ia kembali sadar memang tidak selayaknya Perempuan Tak Bersayap berlama-lama melihat keindahan semu menari dalam imajinasinya, menerbangkan dan melebarkan sayap yang kini belum ia temukan hingga tidak seorangpun yang menghalangi atas kebebasannya . Kegembiraannya sungguh ia miliki saat merebahkan tubuhnya yang sudah lelah seharian berkegiatan mulai dari membuka mata hingga berakhir di tempat tidurnya. Dari matanya menitikkan air mata, rasa kantuk pun kalah dengan perasaannya yang sedang dikacaukan dengan masalah yang menyudutkannya, yang menjadikan batas ruang gerak baginya. Mencoba mencari penyelesaian dengan ini namun salah, atau dengan cara yang seperti itulah yang benar, tapi masalah yang itu kalau dengan yang begini caranya juga tambah masalah, meski belum yakin akan seperti itu nantinya tapi lebih salah jika masalah ini ia hindari dan tak peduli, bingung ia mengahadapinya, ya sudahlah pusing pastinya. Meskipun saat ini perasaannnya yang tersudutkan berbagai macam masalah ia bisa lewati malam itu dengan tenang tapi tetap mengingat apa yang sebenarnya ia hadapi, sebab ia tahu tak ada yang mengetahui selain dirinya sendiri, rasa yang tak bisa disentuh seorangpun selain ia bangkitkan dengan keinginannya sendiri dan tak mungkin baginya ia menunggu orang lain menghancurkan kerasnya diding penghalang jalan agar tetap bisa survie untuk hidupnya, karena ini ia sadar betul akan tanggung jawab atas hidupnya adalah dirinya sendiri. Kepedihan yang bisa menciptakan kegelisahan pada malam itu bisa ia balut dengan rasa optimisnya, rasa percaya dirinya yang kuat dan karena ia tidak pernah menyesali segala yang terjadi pada dirinya. Ia merasa kehausan lalu ia meneguk sisa air yang volume tingginya hanya 2 centi meter di gelas yang terletak di meja kamarnya, ia kembali berpikir seteguk air yang ia minum mampu memberinya kekuatan untuk menghapuskan dahaga dan membuat pahit mulutnya, dengan begitu ia kembali bersyukur, dan berharap untuk tidak selalu dalam kekurangan, biarpun ia menyadari membutuhkan banyak meneguk air kehidupannya untuk bertahan hidup bahkan dalam jangka waktu yang lebih lama, ia kembali tersenyum, ia pasti bisa bisa membahagiakan orang-orang yang penting dalam hidupnya dan selalu bisa menikmati segala bentuk kerasnya kehidupan untuk masa mendatang. Diam sejenak ia menganggap ini sebuah pemikiran, bagaimana semestinya usaha yang harus ia lakukan mungkinkah semua orang bisa menerima, karena ia begitu sadar dengan kekurangan dalam dirinya, sehingga ia merasa tidak semua orang bisa menerima kehadirannya. Betapa sedihnya jika memikirkan agar tidak menyusahkan orang lain namun ia tidak merasa kecil hati ia pantang menyerah ia tidak pasrah begitu saja, ia kembali menguatkan diri, Allah SWT. menciptakannya beserta kekurangannya, yah agar ia selalu berusaha mencari jalan keluar dengan usahanya. Ia kembali sadar waktu terus saja berlalu tapi belum usai pikirannya kantuknya sudah kembali, ia masih sempat memikirkan dengan lebih tenang lagi, esok akan ia jumpai jalan yang panjang dan tak berujung, yang berliku penuh tikungan tajam dan berkerikil yang harus dilaluinya. Perempuan tak bersayap berhenti berpikir mengetahui lagu yang menemaninya telah habis durasinya, ia pun mematikan mesin pemutar musiknyanya, senyap tentunya dan ia tidur.
 



Mimpi Perempuan Tak bersayap

Kebahagiaan itu ada dalam diriku
dalam dekapan yang  kusandarkan dalam kasih dan sayang
aku mendengar suara-suara menghibur yang menghangatkan kesendirian
menyaksikan senyumannya
jauh dari pandanganku yang kosong
seutuhnya menuntun hati tetap dalam teduhnya
rasa itu nyata,
rasa itu ada mengalir dalam tiap denyut nadi dan terpompa ke jantung
memberi rasa dan menghidupkan hati
itu alami
aku hanya sesuatu yang kecil dalam hamparan kesunyian
menjadi rumah di masa yang dulu sebelum ada penyelamat jiwaku datang menghampiri
dan menyentuh jemariku
ratapan wajahnya semakin mendekat
kumemandanginya penuh keseriusan
membangunkan jiwaku yang tidur
serasa ringan hari-hari untuk di jalani walau memikul beban dalam pundak ada satu cinta yang tulus menguatkan aku



-Mahadewi Kecil 
10 Januari 2011

Selamat membaca, mohon maaf apa bila tersaji dengan penuh kekurangan, silakan tinggalkan komentar..... 

0 komentar:

Posting Komentar

Mahadewi Kecil. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright 2010© Mahadewi Kecil Designed by Cha'unk El Fakir